Selasa, 10 Januari 2012

CARA MENGECILKAN PHOTO ONLINE

Cara Mengecilkan Photo Online Pertama buka http://pixlr.com/editor/ Klik Browse a Picture From Computer Cari File Gambar yang telah kita di Komputer Klik Open Klik Menu Image size masukan ukurannya 500Px untuk Widthnya (terserah) sedangkan highnya akan otomatis ikut (syaratnya centangin Constrain proportions) Klik File=Save=Ok Beri nama jangan lupa diberi ekstensi file ( contoh.jpg)

Senin, 09 Januari 2012

BELAJAR 'BODOH' DARI OOM BOB.





James Allen dalam buku “As A Man Thinketh” tahun 1902, mengatakan bahwa “lingkungan tidak membentuk sebuah individu, lingkungan hanya menyingkap sosok sebuah individu.” Menurut Allen, setiap lingkungan pertumbuhan-betapa pun buruk kelihatannya-selalu menawarkan peluang yang unik untuk tumbuh. Bahkan lingkungan sekitar, sepertinya memang dirancang khusus untuk mengeluarkan sisi terbaik kita. Begitu pula dengan kondisi lingkungan di mana bob sadino kecil tumbuh.



Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara dalam sebuah keluarga yang sangat berkecukupan. Ayahnya yang berprofesi sebagai seorang guru, mengajar di sekolahan Belanda. Sebuah profesi yang bukan hanya membuat keluarganya cukup terpandang ketika itu, tetapi juga sekaligus terpelajar. Tak heran kalau di lingkungan tempat tinggalnya di kawasan Menteng, Bob Sadino kecil selalu dipanggil dengan sebutan “sinyo” oleh anak-anak kampung di sekitar rumahnya. Setelah orang tuanya meninggal,Bob-yang pada waktu itu berumur 19 tahun-memutuskan untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itulah ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia terakhir bekerja di Djakarta Lloyd di kota Amsterdam dan juga Hamburg, Jerman. Di negeri kincir angin itu pula, Bob kemudian bertemu dengan Soelami Soejoed, pegawai Bank Indonesia yang tengah bertugas disana, yang kemudian menjadi istrinya

Setelah belasan tahun menetap di Eropa-pada tahun 1967-Bob memutuskan keluar dari Djakarta Llyod untuk pulang ke Indonesia. Ia mengaku sudah tidak mau lagi bekerja di bawah perintah orang lain, dan ingin bertanggung jawab pada diri sendiri. Karena itulah, ketika kembali ke Jakarta, ia membawa serta dua buah mobil Mercedes miliknya. Di mana salah satunya, kemudian ia tukarkan dengan sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan, sementara yang satunya lagi tetap ia pertahankan.



Pekerjaan pertama yang dijalaninya sekembalinya dari eropa adalah menyewakan mobil Mercedes miliknya, dimana ia sendirilah yang menjadi sopirnya. Sayang, suatu ketika ia mengalami kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah. Karena tak punya uang untuk memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi tukang batu atau kuli bangunan. Gajinya ketika itu hanya Rp.100. “Banyak pengalaman lucu selama periode miskin itu, yang sampai sekarang masih selalu teringat. Suatu malam ketika saya kehabisan rokok, istri saya berkata : kalau sekarang beli rokok, berarti besok kita nggak bisa beli makanan. Jadi kita mesti menentukan, apakah memilih besok tetap bisa makan atau sekarang bisa merokok?” kenangnya



Sampai suatu hari, ia menyadari perbedaan antara telur ayam di Indonesia dengan telur yang ada di negeri Belanda. “Ketika itu orang Indonesia hanya mengenal telur ayam kampung, sehingga banyak ekspatriat yang kesulitan mendapatkan telur. Karena disamping berbeda jenis, kapasitas ayam kampung dalam bertelur, paling hanya belasan butir per-tahun”. Karena melihat perbedaan itulah maka Bob kemudian menulis surat kepada kawannya yang tinggal di Belanda, untuk mengirimkan anak-anak ayam petelur. Hal yang sama terjadi sekali lagi pada saat Bob melihat “perbedaan” antara ayam pedaging dengan daging ayam kampung. Ia pun sekali lagi meminta kawannya untuk mengirimkan bibit ayam pedaging, atau yang sekarang kita kenal dengan ayam lehorn.

“Inilah awal dari sebuah langkah pertama saya, yang tanpa konsep, tanpa rencana, hanya bergulir begitu saja, jadi apa susahnya? Kalau kemudian orang-orang hanya melihat apa-apa yang sekarang saya punya, semua itu hanyalah akibat-akibatnya saja. Akibat dari serangkaian langkah yang mulai saya lakukan pertama kali itu. Bagaimana mungkin saya bisa merencanakan ini semua? Orang saya hanya mulai dari memelihara ayam, dan karena ayam-ayam itu bertelur dalam jumlah banyak, makanya secara naluri saya mulai menawarkan kepada para tetangga. Saya pergi membawa 3 kilogram ke kiri, dan istri saya membawa 4 kilogram ke kanan. Kami pun mulai menawarkan telur-telur itu dari pintu ke pintu. Dalam kondisi seperti itu, mana mungkin saya berani berencana untuk suatu hari membangun Kem Chick, Kem Food, Kem Farm, apa lagi sampai kemudian membangun apartemen?”


Meskipun begitu-tak dapat dipungkiri lagi-Bob Sadino lah orang yang pertama kali memperkenalkan kepada masyarakat negeri ini, berbagai khazanah sayur-mayur, buah-buahan termasuk telur dan ayam pedaging. Ia lah yang pertama kali memperkenalkan buah melon yang sekarang kita kenal, ia pula yang memperkenalkan jagung manis, selada, paprika, dan berbagai sayur lainnya. Bob Sadino pula orang pertama di Indonesia yang menggunakan peladangan dengan sistem hidroponik. Bahkan sebuah catatan di awal tahun 1985 menyebutkan, bahwa rata-rata per bulan perusahaan Bob Sadino mampu menjual 40-50 ton daging segar, 60-70 ton daging olahan, dan sayuran segar 100 ton.

Tak hanya itu, ia pula satu-satunya orang Indonesia yang sampai hari ini, mengekspor ribuan ton sayur-mayur dan buah-buahan ke Jepang. Sebuah kegiatan yang tak hanya melulu bermakna keuntungan besar-akan tetapi justru lebih utama-berarti tingkat kepercayaan tinggi dan sustainable dari orang-orang Jepang kepadanya. Mengingat, dalam soal sayur-mayur, masyarakat Negeri Sakura itu terkenal sangat ketat dan berekspektasi tinggi. Hebatnya lagi, ia selalu dapat memenuhi suplai dalam jumlah yang sangat kolosal tersebut. Bob Sadino tidak memiliki sejengkal tanah pertanian pun. Bagaimana bisa? “Sejak awal saya bermitra dengan para petani di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Merekalah yang menanam sayur atau buah yang dibutuhkan oleh orang Jepang.”



Tapi bagaimana caranya membuat para petani itu selalu bersedia menanam sayur dan buah-buahan yang om Bob mau? Karena apa jadinya kalau suatu kali para petani itu tergoda untuk menjual hasil tanamannya ke pasar lokal atau ke pembeli lain? “Kalau anda orang pintar, pasti akan bingung mengatasi persoalan seperti itu. Untungnya saya orang goblok, sehingga cara berpikir saya sangat sedehana. Di awal saya selalu bertanya kepada para petani, berapa rupiah rata-rata hasil mereka dalam setahun, dari menanam berbagai tanaman? ketika mereka menjawab-katakanlah 100 sampai 150 setahun-maka saya akan bertanya: mau nggak kalian menanam untuk saya, dengan penghasilan antara 300 sampai 500 setahun? Yang pasti, mereka nggak akan pernah menolak. Dalam kasus lain saya membuka harga yang saya terima dari pihak buyer di Jepang kepada para petani. Katakanlah, harga beli dari pihak Jepang adalah 10 rupiah per-ton, lalu saya memberikan kepada mereka yang 8 rupiah, sedangkan untuk saya 2 rupiah. Dengan pembagian seperti itu, apa yang kemudian terjadi? Bukan hanya mereka akan menjadi sangat loyal kepada saya, bahkan boleh dikata, mereka menyerahkan seluruh hidupnya untuk saya.”



Dari semua pergumulan tersebut, antara kesenangan – kesulitan, fokus dan semangat untuk terus melangkah maju, Bob Sadino yang lahir di Lampung, 9 Maret 1933, kini telah mencapai berbagai keberhasilan hidup. Tak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk kontribusi. Bapak dari dua orang putri ini, sudah cukup lama mempercayakan perusahaannya kepada para eksekutif, sehingga sehari-hari ia bisa leluasa mondar-mandir memenuhi undangan dari berbagai kampus dan Perguruan Tinggi di tanah air, untuk memberikan ceramah dan membagi wawasan. Lalu dengan berbagai pencapaiannya itu, apa makna sukses bagi seorang Bob Sadino? “Bagi saya sukses adalah, bilamana apa yang saya harapkan, kemudian itu pula yang saya dapatkan, itulah sukses. Jadi kalau di hari-hari kemarin saya lapar, sehingga mengharapkan besok bisa makan, dan ternyata besok saya benar-benar dapat makan, maka saya sudah sukses.”



“Buat saya nasi sepiring itu sudah baik. Orang mencari macam-macam itu kan karena tidak pernah menghargai nilai sepiring nasi untuk dimakan besok? Saya menghargai itu, karena saya pernah lapar dan tidak memiliki makanan sama sekali. Sepiring nasi itu punya arti yang sangat besar, bagi saya. Sesederhana itu! Mungkin titik berangkat itulah yang bisa membuat saya begini hari ini. Kebanyakan orang tidak bisa menghargai sepiring nasi, karena mungkin mereka belum pernah lapar. Sehingga bisa makan sepiring nasi, dianggap sekedar taken for granted, kewajaran. Tapi bagaimana dengan orang-orang yang dipinggir jalan itu ?



Dari sekilas hidup dari om Bob Sadino, kita bisa menemukan satu gaya lain dari sebuah proses pembelajaran, yaitu melalui praktik, praktik, dan praktik, yang ia kiaskan sebagai sekadar melangkah. Bayangkan, saat ia mulai pertama kali memelihara ayam petelur? Berapa dari ayam-ayam tersebut yang sakit, bahkan yang kemudian mati? apa maknanya? ia mesti belajar mengenal dan “mendengar” ayam-ayam tersbut, agar bisa menjaga kelangsungan hidupnya. Begitu pula dengan ayam pedaging. Lalu bagaimana waktu ia pertama kali menanam dengan teknik hidroponik? Bagaimana pula dengan munculnya ide untuk menjual Chicken Part? atau Four Leg Chicken? “Saya mungkin bagi orang lain terdengar seperti orang gila, tetapi sejujurnya, saya selalu bisa mendengarkan apa yang yang diungkapkan oleh sebatang tanaman. Misalnya, kapan ia merasa haus sehingga butuh minum, atau kapan ia justru kebanyakan air sehingga perutnya merasa kembung. Sampai saya bisa mengerti, makanan apa yang kurang, zat kandungan dalam tanah apa yang ia butuhkan, dan sebagainya”.



Singkatnya Bob Sadino tidak pernah berhenti belajar. Bahkan kalau pada hari-hari ini anda berkunjung ke rumahnya yang asri di bilangan Jakarta Selatan itu-barangkali anda temui-ia tengah khusuk membca buku di ruang kitchen, yang menjadi tempat favoritnya



(Sumber : Pinky Angga Merdeka)

LARANGAN IKLAN SUSU FORMULA di MEDIA

LARANGAN IKLAN SUSU FORMULA di MEDIA



Menarik sekali pada hari minggu tanggal 26 oktober 2010 di Metro TV ada pembicaraan mengenai larangan penayangan iklan susu formula untuk bayi dan juga hal-hal mengenai kesehatan, dimana sebagai pembicaranya adalah ibu Endang Rahayu Sedyaningsih (Menteri Kesehatan), ibu dr. Utami Rusli(Direktur Lembaga Peningkatan penggunaan ASI), dan ibu Husna Zahir (Ketua YLKI), diskusi atau pembicaraan ini saya anggap menarik karena ternyata banyak sekali pengetahuan yang masih kurang yang beredar di masyarakat mengenai ASI atau yang lainnya.



Sekarang ini banyak sekali iklan mengenai susu formula di media tv atau yang lainnya, yang katanya menteri kesehatan ibu Endang Rahayu juga telah terbit peraturan pemerintah tentang larangan kerjasama petugas kesehatan baik swasta atau pemerintah untuk bekerjasama dengan produsen pembut susu formula, disini menjadi menarik, pertanyaannya sekarang dalam bentuk apa kerjasama diantara mereka, ternyata setiap rumah sakit umumnya dan khususnya telah mempunyai cara sendiri dalam kerjasama ini, setiap ibu yang baru melahirkan dan bayinya selama di rumah sakit sibayi akan di rawat di ruang khusus yang mana selama perawatan ini di beri minum susu formula, dengan harapan setelah keluar dari rumah sakit sibayi akan meminum susu formula merek tertentu dan tidak akan kemerek lain, karena sudah biasa dengan susu yang pertama.



Menurut ibu Utami Rusli dari lembaga Peningkatan penggunaan ASI sebenarnya harus di mengerti oleh setiap ibu atau bapak bahwa pemberian ASI harus dilakukan setelah bayi lahir sebelum satu jam. Kalau lewat dari itu tidak baik, maka sudah seharusnya setiap rumah sakit harus melakukan pemberian asi secepatnya, kasus yang sering terjadi biasanya oknum petugas ada yang enggan melakukan ini biasanya dibiarkan atau malah dilarang, maka apabila ada terjadi seperti ini dengan adanya peraturan yang baru ini diharapkan bisa dilaporkan ke Menkes dan hukumnya dalah secara administratife, malahan menteri kesehatnnya ib Endang menjanjikan akan dibuatkan Hotline khusus tentang ASI.



Lambaga YLKI ibu Husna Zakir mengatakan bahwa semua larangan iklan susu formula sebenarnya sudah ada peraturannya di UUD atau Peraturan Pemerintah, bahwa iklan yang boleh di tayangkan adalah iklan untuk bayi umur 6 bulan keatas, dibawahnya itu dilarang karena masa 1 sampai 6 bulan adalah harus dengan meminum air susu eksklusif ibu.



Pembicaraan di Metro TV ini juga interaktif dan banyak sekali penelpon salah satunya dari seorang bapak yang dulu bekerja sebagai relawan di BKKBN dia mengatakan menurut pengamatannya walaupun ini tidak ilmiah tapi bisa menjadi pengetahuan buat kita bahwa anak yang dibesarkan dari susu formula cenderung tidak peka dengan keadaan social apakah ini benar atau tidak menurut saya sebagai informasi dan ilmu juga tidak ada salahnya kalau kita berhati hati.



Meminum ASI sudah banyak sekali penelitian yang mengatakan itu adalah yang terbaik baik bagi pertumbuhan anak. Menurut penelitian yang dilakukan selama 14 tahun di autralia mengatakan bahwa anak yang meminum asi tingkat kecerdasannya meningkat baik dibandingkan dengan meminum susu formula, mungkin bangsa kita yang sumber dayanya manusianya menurun mungkin karena ini juga.



Sekarang yang menjadi permasalahan adalah bagaimana pemerintah melalui menteri kesehatan dan jajarannya mengkampanyekan iklan meminum air susu ibu, baik melalui media TV atau yang lainya ataupun dengan jalan penyuluhan ke masyarakat langsung bisa puskesmas dan bila perlu turun kedesa atau rt rw untuk melakukan informasi tentang ASI, dengan tujuan agar para orang tua khususnya ibu dan bapak memahami bahwa seorang ibu itu wajib menyusui anaknya. Di Amerika pemahaman mengenai pemberian ASI kepada bayi lebih dipahami oleh bapak sebanyak 96 % daripada seorang ibu, kenapa bapak menjadi penting untuk memahami karena dalam memberikan asi dibutuhkan pemahaman bersama dari bapak dan ibu.



Sebagai sorang ibu jangan menjadi malu untuk memberikan ASI kepada bayinya, karena sekarang ini banyak sekali para ibu yang juga bekerja di kantor, sehingga menjadi kendala untuk memberikan ASI kepada bayinya. Dengan adanya informasi yang benar kedepan para orang tua tidak menjadi kendala lagi dalam menyusui bayinya. Rumah sakit dan tenaga medis tidak menjadi kendala dalam memberikan asi kepada bayi.